Festival Lentera Apung merupakan perayaan tradisional di Thailand, Laos, Sri Lanka, Kamboja, dan sebagian wilayah Myanmar, dirayakan pada tanggal 15 bulan ke-12 penanggalan tradisional Thailand (bulan Oktober / bulan November penanggalan Masehi, atau tanggal 15 bulan ke-10 penanggalan Imlek). Pada malam perayaan Festival Lentera Apung tersebut, baik di kota besar maupun di pedesaan, asalkan terdapat sungai, kanal, atau danau yang mengalir, pasti terlihat lentera apung (bahasa Thailand: กระทง). yang memenuhi area perairan tersebut.
Festival Lentera Apung Thailand (Loy Krathong) telah dimulai sejak lebih dari 800 tahun yang lalu di kerajaan pertama Thailand, Kerajaan Sukhothai (อาณาจักรสุโขทัย), rakyat akan berkumpul untuk merayakan ‘Festival Lampion’ saat bulan purnama pada tanggal 15 bulan ke-12 penanggalan tradisional Thailand, sang raja, ratu dan para selir akan berlayar menyusuri sungai dengan perahu naga, serta menyalakan kembang api di bawah pimpinan sang raja, bergembira bersama sepanjang malam.
Menurut legenda, seorang permaisuri raja Nopphamat yang terampil dan berbakat seni, beliau membuat sebuah perahu lilin berbentuk bunga teratai dari tumpukan daun pisang, di atasnya terdapat dekorasi berukiran bunga dan burung-burung yang terbuat dari buah-buahan, dan menancapkan rangkaian bunga segar di atasnya, menyalakan dupa, dan menghanyutkan ke aliran air, hal tersebut menjadi simbol ucapan syukur kepada Sang Buddha dan dewa air. Sang raja sangatlah senang, kemudian memerintahkan agar lentera apung ini sebagai contoh, dan diwariskan hingga sekarang. Semenjak itulah, setiap kali merayakan Festival Lentera Apung, terdapat beragam pembuatan lentera apung, dan telah menjadi sebuah tradisi, bentuk lentera apung pun makin beragam, keahlian membuat lentera juga semakin terampil.