Wang Pei-ling, Kepala Bimbingan & Konseling SMP Guting
Yang dimaksud dengan mengelola emosi adalah kondisi di mana seseorang dapat mengendalikan dan menggunakan emosi demi menggapai tujuan pribadi, serta mengontrol atau mengatur emosi pribadinya, agar emosi tersebut tidak memengaruhi kualitas pembelajaran dan kualitas kehidupan pribadi.
Anak dengan kondisi emosi yang stabil biasanya akan menunjukkan karakteristik berikut ini:
1. Tidak begitu memiliki kondisi emosi yang labil dan fluktuatif, lebih mudah mengontrol emosi pribadi, memiliki kemampuan mengatur kehidupan dan menghadapi kesulitan yang muncul selama pembelajaran berlangsung secara efektif.
2. Disiplin waktu yang lebih tinggi: biasanya memiliki manajemen waktu yang lebih baik dan kebiasaan hidup yang lebih teratur, misalnya memiliki rutinitas dan waktu istirahat yang stabil, memiliki pola makan yang seimbang dan rutin berolahraga.
3. Hubungan interpersonal yang lebih stabil: interaksi dengan individu lain lebih lancar, dapat membangun hubungan baik dengan orang tua, guru dan teman-teman, mampu belajar untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Mengembangkan kemampuan pengenalan diri: mampu memahami kebutuhan, tuntutan, dan pilihan emosional pribadi, memiliki tujuan dan keyakinan yang jelas, mampu merencanakan hal-hal yang lebih pasti di masa mendatang.
Berikut adalah saran dari sudut pandang seorang guru terhadap pengendalian emosi siswa menengah di lingkungan sekolah:
1. Memupuk pengetahuan pengenalan diri: para siswa wajib memahami kondisi emosional pribadi, mengamati reaksi tubuh dan suasana hati pribadi, serta menerapkan strategi yang sesuai dalam meringankan ketidaknyamanan.
2. Membimbing siswa untuk belajar mengungkapkan isi hati mereka: memberikan dukungan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan mereka secara subjektif, belajar bagaimana caranya menyampaikan emosi mereka, dan bagaimana caranya mencari dukungan dan bantuan.
3. Memupuk sikap proaktif: belajar untuk berpikir dan bertindak secara proaktif, agar para siswa dapat memanfaatkan sumber dan kemampuan pribadi dalam menanggapi berbagai masalah emosi.
4. Mendukung interaksi sosial: belajar berinteraksi dengan rekan sebaya maupun dengan orang lain, belajar menguasai kemampuan dalam memecahkan masalah dan konflik, serta berbagi kondisi suasana hati dan emosi pribadi.
5. Belajar mengalihkan emosi: belajar mengalihkan masalah dan kekhawatiran ke aktivitas dan kegiatan yang positif, demi menyeimbangkan kondisi emosional yang negatif.
Selain itu, saat berada di tengah-tengah keluarga, para orang tua dapat membantu anak-anak dalam menstabilkan emosi mereka, seperti misalnya menyediakan lingkungan kehidupan yang memadai dan memiliki hubungan kekeluargaan yang stabil, menyediakan dukungan dan bantuan yang bersifat proaktif, membangun jaringan emosional, serta membantu anak-anak memupuk kebiasaan hidup dan kemampuan mengelola emosi dengan efisien, agar mereka dapat beradaptasi dengan baik dalam menghadapi tantangan yang muncul dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
1. Mendengarkan anak-anak: pertama-tama, mendengarkan ungkapan perasaan anak-anak, agar mereka merasakan bahwa mereka dipahami, kemudian baru dapat membangun interaksi emosional yang lebih baik dengan mereka.
2. Mengungkapkan emosi: orang tua harus belajar mengungkapkan perasaan, berbagi pengalaman dan sikap terkait emosi kepada anak-anak, sehingga mereka dapat belajar dan memahami cara-cara mengungkapkan dan mengatasi perasaan emosional.
3. Membantu anak-anak dalam belajar mengelola emosi: orang tua dapat membantu anak-anak belajar kecakapan dalam mengelola emosi, seperti misalnya mengajari anak-anak bagaimana caranya untuk bersantai dan bersikap tenang, bagaimana mengungkapkan perasaan, bagaimana memperhatikan diri sendiri dan orang lain, dan sebagainya.
4. Berpartisipasi dalam permainan maupun kegiatan: orang tua dapat berpartisipasi dalam beragam permainan dan kegiatan dengan anak-anak, seperti misalnya menonton film di bioskop, berolahraga bersama, membuat hasta karya DIY, agar anak-anak dan orang tua dapat menciptakan lebih banyak interaksi dan komunikasi.
Pada intinya, kesuksesan dari individu yang memiliki kondisi emosi stabil akan lebih besar. Karena seorang individu dengan kondisi emosi yang stabil biasanya dapat menguasai dan memanfaatkan emosi untuk mencapai tujuan pribadi, serta akan lebih mudah untuk bersikap tenang dan stabil, pada saat menghadapi tantangan dan kesulitan, akan berpikir dan memecahkan masalah dengan lebih efektif. Selain itu, individu dengan kondisi emosi yang stabil akan dapat berinteraksi dengan orang lain dengan lebih harmonis dan berhasil, dapat membangun hubungan interpersonal yang baik, memperoleh lebih banyak dukungan dan bantuan, faktor-faktor inilah yang memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan dan keberhasilan karir seseorang.