Imigran Baru Laporkan hari : Oktober 2019 Taipei ePAPER
Laporkan hari : Oktober 2019
NO.80
Liputan Khusus
liputan Khusus
Foto dan artikel: Dinas Kependudukan Pemerintah Kota Taipei
Wisma Imigran Baru Kota Taipei
Rumah Kedua bagi Imigran Baru Kota Taipei
Bertujuan agar para imigran baru bisa beradaptasi dengan lebih baik lagi terhadap kehidupan di Taiwan, pemerintah kota Taipei menyediakan layanan yang ramah akan keragaman kebudayaan, diharapkan setiap imigran baru bisa memperoleh perawatan yang memadai. Wisma Imigran Baru kota Taipei menyediakan layanan konsultasi telepon dan tatap muka langsung bagi imigran baru, membantu para imigran baru memecahkan berbagai masalah kehidupan baik yang besar maupun yang kecil, seperti misalnya izin tinggal, naturalisasi, asuransi kesehatan, pendidikan anak, penitipan anak dan kesejahteraan sosial, serta tenaga penerjemah berbagai bahasa juga dijadwalkan pada waktu-waktu tertentu mulai hari Selasa hingga hari Minggu, Ruang di wisma imigran baru tersedia dan dapat dimanfaatkan dengan gratis oleh imigran baru, di Wisma Imigran Baru Wanhua tidak hanya menyediakan ruang belajar, ruang komputer dan ruang serba guna yang
bisa digunakan oleh berbagai kelompok organisasi untuk menyelenggarakan beragam kegiatan dan pelajaran yang berkaitan dengan imigran baru, memberikan kesempatan bagi para imigran baru untuk belajar lebih banyak dan berinteraksi, terlebih lagi juga tersedia ruang karaoke dan ruang ramah tamah, ruang makan, serta sofa yang nyaman ditempatkan pula di sana, terdapat dapur yang sederhana, dengan harapan bisa menciptakan suasana layaknya seperti "rumah sendiri", agar para imigran baru bisa dengan santai mengobrol dan mengungkapkan isi hati mereka, mengadakan pertemuan antar sesama teman; melalui pertemuan tersebut, berbagi makanan khas daerah masing-masing, komunikasi budaya dan pertalian persahabatan pun bisa terjalin.
Bergandengan tangan, jatuh hati pada kebudayaan Filipina
Foto dan artikel: Chen, Jia-Shi (Imigran Baru Filipina)
Saya adalah seorang guru, terlebih lagi adalah seorang yang berjuang keras demi menjadi guru.
Saat pertama kali datang ke Taiwan, sangat sering saya kangen dengan Filipina karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan perbedaan kebudayaan, cuaca, dan makanan. Saya teringat tiga bulan pertama waktu baru datang ke Taiwan setelah menikah, komunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Mandarin dasar dan bahasa Hokkian, saya tidak takut salah bicara, karena kesalahan merupakan cara belajar yang paling efektif, awalnya saya ingin menjadi seorang guru bahasa Inggris, tetapi dikarenakan faktor usia dan kemampuan berbahasa Mandarin yang tidak memadai, saya pun memilih bekerja di perusahaan asing sebagai karyawan pemasaran dan terus berlatih berbahasa Mandarin. Beberapa tahun kemudian, saya menjadi seorang penerjemah, hanya tinggal satu langkah lagi saya akan bisa menjadi seorang guru. Pada tahun 2017, saya tergabung dalam perencanaan pendidikan bahasa Filipino yang diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan, melalui bantuan kantor perwakilan Filipina (MECO), saya pun memperoleh sertifikasi guru dan menjadi seorang guru bahasa Filipino.
Ada suatu waktu seorang wartawan dari sebuah stasiun televisi melakukan wawancara, bertanya kepada para siswa, kata pertama apa yang dipelajari dalam bahasa Filipina? Para siswa menjawab: “Guro" (arti harfiah: guru), saya sangat terharu, karena “guru" adalah impian saya! Melalui perkenalan yang saya lakukan, saya ingin semua orang mengenal negara saya, menyanyikan lagu-lagu anak Filipina, memperkenalkan pakaian nasional Filipiñana, dan pakaian nasional pria Terno, atau memperkenalkan keragaman dan kekayaan kebudayan, kuliner, lagu, tempat wisata Filipina di stasiun radio, bagi saya, semuanya itu adalah pengalaman yang tak mudah dilupakan.
Banyak orang-orang dari Filipina dan negara-negara lain yang datang dan menempuh pendidikan di Taiwan, berlibur, dan bekerja, kakak saya bahkan sangat sering datang ke Taiwan menemui saya. Saya menjalin pertemanan dengan banyak orang selama di Taiwan, Taiwan adalah rumah kedua saya.