November 2018
Imigran Baru Taipei
No. 70
Demi menciptakan lingkungan hidup yang ramah bagi imigran baru dan warga asing, kota Taipei telah menyelenggarakan sejumlah kegiatan multikultural, misalnya pada saat liburan musim panas telah diadakan kegiatan pertukaran budaya, program kelas bahasa, perkumpulan edukasi keluarga, program pelatihan ragam bahasa asing lainnya. Melalui kegiatan ini, diharapkan sahabat imigran baru mampu menemukan suasana lingkungan yang ramah selayaknya kampung halaman mereka. Tahun ini, Dinas Pendidikan melalui SMP Jiancheng dan SD Tanmei mengadakan program Summer Camp edukasi bahasa yang ditujukan khusus untuk anak-anak imigran baru, kegiatan ini berlangsung di Chinshan Youth Activity Center pada 5-6 Juli dan diikuti oleh 100 orang peserta. Pada tanggal 20 September, diadakan forum diskusi bertema "Edukasi Anak Imigran Baru" di Distrik Wanhua. Forum ini terbagi menjadi 2 topik yakni "Interaksi Edukasi Terpadu" dan "Seminar Edukasi Multikultural". Kegiatan ini turut mengundang sahabat imigran baru dari Cina, Vietnam, Indonesia, Thailand, Myanmar dan negara lain yang berprofesi sebagai tenaga pengajar, untuk bersama-sama membuat rancangan edukasi agar karakteristik budaya negara asal mereka dapat dimasukkan dalam salah satu materi kurikulum pendidikan. Selain itu, pada saat acara Expo Prestasi Anak Imigran Baru, turut mengundang 8 asosiasi imigran baru untuk mengisi stan pameran buku edukasi, buku bacaan dan majalah, acara ini dihadiri lebih dari 450 peserta. Taipei terus aktif mempromosikan edukasi berbagai bahasa asing khususnya negara asal sahabat imigran baru dan fasilitas layanan penerjemah di berbagai sekolah. Langkah ini tidak hanya ditujukan agar siswa lain lebih memahami berbagai karakteristik budaya negara lain, tetapi juga suatu usaha untuk menyediakan lingkungan belajar yang ramah bagi anak-anak imigran baru, demi menciptakan kemajuan sosial bersama.
Impian di Taiwan, Membawa Kenangan Suka Duka
Awalnya, saya bekerja di kantor media Malaysia selama lebih dari 10 tahun. Karena saya sangat tertarik dengan huruf Mandarin, akhirnya saya memilih pergi ke Taiwan untuk belajar Bahasa Mandarin. Malaysia banyak ditemui masyarakat keturunan Tionghoa, awalnya saya berpikir bahwa orang Taiwan juga berkulit kuning langsat dan berkomunikasi dengan Bahasa Mandarin selayaknya mereka, jadi saya akan lebih mudah beradaptasi. Namun, saya tidak menyangka bahwa kehidupan sosial di antara kedua negara ini ada perbedaan. Khususnya, kalangan anak muda Taiwan dalam berkomunikasi sering menggunakan ungkapan kata yang diambil dari pelafalan istilah bahasa asing. Awalnya saya tidak begitu paham, lama-kelamaan saya menjadi terbiasa. Menurut saya hal yang paling tidak terbiasa ketika pertama kali datang ke Taiwan adalah transportasi. Karena jalur mengemudi di Malaysia berada di sebelah kiri, sedangkan Taiwan di sebelah kanan. Sering kali ketika saya menyeberang jalan, melihat ke arah yang berlawanan. Untungnya ada rambu lalu lintas yang jelas sehingga dapat terhindar dari kecelakaan. Alat transportasi di Taipei seperti taksi, bus, dan MRT sangatlah nyaman. Bus juga memiliki jadwal keberangkatan yang teratur, sehingga memudahkan penumpang untuk mengatur waktu wisata keliling Taipei dan menikmati kelezatan kuliner dari berbagai negara. Supermarket dan toko serba guna sangat mudah ditemui, pelayanannya juga ramah, ini adalah salah satu kondisi yang tidak dapat dijumpai di Malaysia. Saya juga sangat terkesan dengan budaya antri masyarakat di Taiwan. Bagi saya, Taiwan bagaikan kampung halaman ke dua. Meskipun banyak media memberitakan kekacauan yang terjadi di Taiwan, namun Taiwan tetap saja menjadi negara tujuan banyak orang.